MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA DAN MENULIS
BAHASA JAWA DI SEKOLAH DASAR
Oleh: Dra. Heny Titik Lestari, M.Pd
Abstrak: Seorang guru sebelum melaksanakan pembelajaran terlebih dahulu menyusun perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dalam Bahasa Jawa menurut kurikulum mencakup 4 (empat) keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Membaca dan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa. Pada tahap kelas awal sekolah dasar siswa diajarkan membaca dan menulis permulaan, dan ini merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menulis, serta menangkap isi bacaan dengan baik. oLeh karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca dan menulis dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasan membaca dan menulis sebagai suatu yang menyenangkan. Suasana belajar harus dapat diciptakan melalui kegiatan permainan bahasa dalam pembelajaran membaca dan menulis. Hal itu sesuai dengan karakteristik anak yang masih senang bermain. Permainan memiliki peran penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak.
Kata kunci: Model pembelajaran, pembelajaran membaca dan menulis. Membaca dan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa Jawa di sekolah dasar. Keempat aspek tersebut dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu (1) keterampilan yang bersifat menerima (reseptif) yang meliputi keterampilan membaca dan menyimak, (2) keterampilan yang bersifat mengungkap (produktif) yang meliputi keterampilan menulis dan berbicara.
A. Pendahuluan
Pembelajaran Bahasa Jawa di Sekolah Dasar (SD) bertujuan meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis. Keterampilan membaca sebagai salah satu keterampilan berbahasa tulis yang bersifat reseptif perlu dimiliki siswa SD agar mampu berkomunikasi secara tertulis. oLeh karena itu, peranan pembelajaran Bahasa Jawa khususnya pengajaran membaca di SD menjadi sangat penting. Peran tersebut semakin penting bila dikaitkan dengan tuntutan jaman dalam abad informasi ini. Pengajaran Bahasa Jawa di SD yang bertumpu pada kemampuan dasar membaca dan menulis juga perlu diarahkan pada tercapainya tujuan pembelajaran.
Keterampilan membaca dan menulis, khususnya keterampilan membaca harus segera dikuasai oleh para siswa di SD karena keterampilan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa di SD. Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan membaca mereka. Siswa yang tidak mampu membaca dengan baik akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran. Siswa akan mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami informasi yang disajikan dalam berbagai buku pelajaran, buku-buku bahan penunjang dan sumber-sumber belajar tertulis yang lain. Akibatnya, kemajuan belajarnya juga lamban jika dibandingkan dengan teman-temannya yang tidak mengalami kesulitan dalam membaca.
Keterampilan menulis juga sangat berperan terhadap proses pembelajaran siswa SD. Keterampilan ini tidak diperoleh secara otomatis, namun melalui tindak pembelajaran. Tindak pembelajaran yang dilakukan sejalan dengan tindak pembelajaran membaca pada tahap awal siswa masuk sekolah dasar. Tujuan dari kedua pembelajaran tersebut agar siswa dapat menguasai keterampilan membaca dan menulis dengan baik. Selain itu, juga harusmemperhatikan keterampilan berbahasa lainnya, seperti menyimak dan berbicara. Dengan demikian keempat keterampilan harus dilaksanakan secara terpadu.
Keterampilan pembelajaran dapat diwujudkan dalam dua cara, yakni keterpaduan dengan fokus keterampilan tertentu dan keterpaduan tanpa fokus, artinya keempat keterampilan tersebut diperlakukan secara seimbang atau sama tanpa penekanan. Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan pembelajaran benar-benar tepadu antara keempat keterampilan tersebut.
Model pembelajaran Bahasa Jawa dengan fokus keterampilan berbahasa bukan berarti hanya mengajarkan salah satu jenis keterampilan berbahasa saja, namun keterampilan yang menjadi fokus mendapat penekanan dan bahkan mendapat porsi waktu yang lebih dari keterampilan lain yang tidak menjadi fokus. Setiap keterampilan berbahasa yang menjadi focus, merupakan kegiatan pembelajaran yang utama karena pembelajaran difokuskan pada keterampilan berbahasa tertentu.
B. Pembelajaran Membaca Bahasa Jawa
Menurut pandangan “whole language” membaca tidak diajarkan sebagai suatu pokok bahasan yang berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan dalam pembelajaran bahasa bersama dengan keterampilan berbahasa yang lain. Kenyataan tersebut dapat dilihat bahwa dalam proses pembelajaran bahasa, keterampilan berbahasa tertentu dapat dikaitkan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Pengaitan keterampilan berbahasa yang dimaksud tidak selalu melibatkan keempat keterampilan berbahasa sekaligus, melainkan hanya mengakut dua keterampilan saja sepanjang aktivitas berbahasa yang dilakukan bermakna.
Dalam kehidupan dunia modern saat ini, manfaat membaca memiliki peranan yang sangat penting, yaitu menyerap berbagai ilmu pendidikan atau informasi-informasi lainnya. Hal ini tidak dapat dipungkiri dan diragukan lagi. Berbagai majalah, koran maupun buku-buku lainnya memberikan berbagai informasi kepada pembacanya. Dengan membaca sumber tersebut kita dapat menyerap berbagai informasi. Namun, untuk dapat menyerap dibutuhkan keterampilan seseorang untuk membaca. Seseorang yang mempunyai minat dan keterampilan membaca akan dapat memperoleh banyak informasi dibandingkan seseorang yang tidak melakukannya.
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran, aktivitas dan tugas membaca mutlak dilakukan oleh siswa. Hal ini disebabkan karena untuk dapat memperoleh pengetahuan dilakukan dengan membaca. Keberhasilan siswa dalam mengerjakan tugas-tugas juga ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan siswa tersebut dalam membacanya. Untuk itu, membaca merupakan salah satu kunci untuk mencapai kesuksesan dalam pendidikan.
Keterampilan membaca yang telah dikuasai oleh siswa tidak bersifat alamiah, tetapi keterampilan tersebut perlu dilatih terlebih dahulu agar siswa dapat menguasainya. Biasanya keterampilan membaca tersebut dilatihkan ketika siswa memasuki pendidikan formal di sekolah dasar. Disinilah peranan guru ditantang untuk dapat memberikan bekal kepada siswa agar terampil dalam membaca.
Keterampilan membaca ini tidaklah berdiri sendiri, akan tetapi berkaitan dengan keterampilan yang lain, seperti menyimak/mendengar, menulis maupun berbicara. Oleh karena itu pembelajaran di dalam kelas diperlukan keterpaduan antara keterampilan membaca dan keterampilan-keterampilan lainnya, yaitu mendengar, menulis dan berbicara.
Berdasarkan kenyataan di atas, maka dalam pembelajaran membaca sangat diperlukan seorang guru yang mempunyai keterampilan dan kemampuan membaca yang baik. Adalah sesuatu yang mustahil, bila seorang guru yang tidak mampu dan terampil membaca akan diserahi tugas untuk mengajarkan membaca. Dalam membelajarkan keterampilan tersebut, tugas guru bukan hanya memberikan tugas kepada siswa untuk membaca, melainkan harus memberikan contoh bagaimana membaca yang baik dan benar.
Selain itu, kualitas guru dalam mengelola proses pembelajaran membaca di dalam kelas besar pengaruhnya terhadap keterampilan membaca siswa. Betapapun sederhananya sarana dan prasarana yang ada, jika dimanfaatkan oleh guru dengan baik akan bermanfaat dan menghasilkan kualitas pembelajaran yang baik pula. Akan tetapi sebaliknya, betapapun sarana dan prasarana itu lengkap, jika tidak digunakan dengan sebaik-baiknya akan tidak berarti di tangan guru yang berkualitas.
Pembelajaran bahasa Jawa untuk aspek membaca yang selama ini dilakukan oleh guru hanya mengajarkan pada penguasaan kognitif saja. Hal ini membuat siswa kurang komunikatif. Padahal yang diharapkan dalam kurikulum, pembelajaran bahasa Jawa diajarkan dengan menggunakan pendekatan komunikatif dan fungsional. Sehinnga pembelajaran membaca bahasa Jawa menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan. Untuk menambah variasi dalam pembelajaran membaca ini ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan, antara lain:
a. Siswa diminta membaca sebuah cerita atau teks bacaan. Ketika siswa membaca, mintalah siswa untuk mencatat hal-hal yang penting. Setelah selesai, ajaklah siswa untuk berdiskusi menemukan arti kata-kata sulit yang terdapat pada cerita atau teks tersebut. Selanjutnya berilah evaluasi kepada untuk menceritakan kembali cerita atau teks yang dibaca tersebut.
b. Ajaklah siswa untuk membaca prosa atau teks bacaan. Ketika membaca, suruhlah siswa memperhatikan lafal dan intonasinya. Catatlah beberapa kesalahan yang dilakukan siswa ketika membaca. Diskusikan dan beri masukan cara membaca teknik yang tepat.
Dari kedua kegiatan tersebut dimungkinkan masih banyak kegiatan membaca yang dapat dikembangkan, sehingga menjadi pembelajaran yang menyenangkan. Di bawah ini standar isi membaca bahasa Jawa:
- Standar Isi Membaca Bahasa Jawa
NO | KELAS/ SMT | STANDAR KOMPETENSI | KOMPETENSI DASAR |
1. | I/1 | Mampu mengeja huruf, membaca suku kata, kata, dan kalimat sederhana dengan nyaring. | 3.1 Mengeja huruf 3.2 Mebaca suku kata dan kata 3.3.Membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal yang tepat dan lancar |
2. | I/2 | Mampu membaca dengan lafal dan intonasi yang benar serta memahami isi teks | 7.1 Membaca nyaring. 7.2 Menyanyikan tembang dolanan 7.3 Membaca teks pendek |
3. | II/1 | Mampu membaca dan memahami teks pendek | 3.1 Membaca pemahaman teks pendek 3.2 Membaca indah (geguritan, tembang dolanan). |
4. | II/2 | Mampu membaca nyaring dengan lancer dan memahami teks sastra | 7.1 Membaca nyaring dan lancer teks sastra sederhana (maksimal 15 kalimat) 7.2 Membaca indah |
5. | III/1 | Mampu membaca nyaring, lancer, memahami teks, dan membaca huruf Jawa | 3.1 Membaca nyaring dengan lafal dan intonasi yang tepat 3.2 Membaca pemahaman crita sederhana tentang tokoh wayang Pandawa 3.3 Membaca huruf Jawa nglegena |
6. | III/2 | Mampu membaca dan memahami berbagai ragam teks bacaan melalui teknik membaca intensif, membaca indah, dan membaca huruf Jawa | 7.1 Membaca dogeng atau cerita 7.2 Membaca indah (geguritan, tembang Pocung) 7.3 Membaca kalimat sederhana berhuruf Jawa nglegena |
7. | IV/1 | Mampu membaca nyaring, membaca pemahaman teks nonsastra, dan membaca huruf Jawa | 3.1 Membaca nyaring dengan lafal dan intonasi yang tepat ( 20-25 kalimat) 3.2 membaca pemahaman teks nonsastra 3.3 Membaca kata berhuruf Jawa yang menggunakan sandhanga swara (wulu, suku, pepet, taling, taling tarung) |
8. | IV/2 | Mampu membaca dan memahami teks sastra dan membaca kalimat sederhana berhuruf Jawa | 7.1 Membaca teks sastra (percakapan, sandiwara) 7.2 Membaca kata berhuruf Jawa yang menggunakan sandhangan panyigeg wanda dan wyanjaya |
9. | V/1 | Mampu membaca dan memahami teks bacaan teknik, intensif, dan membaca huruf Jawa | 3.1 Membaca teknis (pidato, berita, dialog) 3.2 Membaca kalimat berhuruf Jawa yang menggunakan sandhangan panyigeg wanda |
10. | V/2 | Mampu membaca dan memahami teks cerita anak, membaca indah dan membaca huruf Jawa | 7.1 Membaca cerita anak 7.2 Membaca indah 7.3 Membaca kalimat sederhana berhuruf Jawa menggunakan pasangan |
11. | VI/1 | Mampu membaca dan memahami teks nonsastra, membaca huruf Jawa, dan mengapresiasikan tembang macapat | 3.1 Membaca pemahaman teks nonsastra 3.2 amembacas kalimat berhuruf Jawa yang menggunakan pasangan 3.3 Membaca tembang Pangkur |
12. | VI/2 | Mampu membaca dan memahami teks pidato dan membaca huruf Jawa | 7.1 Membaca teks pidato 7.2 Membaca kalimat berhuruf Jawa |
D. Pembelajaran Menulis Bahasa Jawa
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Gagasan-gagaasan penulis akan tertuang pada kegiatan ini. Seorang penulis haruslah terampil memanfaatkan unsur ide, struktur bahasa, dan pilihan kata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara alami, tetapi harus melalui pelatihan dan praktik. Oleh sebab itu, pembelajaran menulis bahasa Jawa di sekolah seharusnya diintensifkan melalui pelatihan dan pembinaan, niscaya akan tampak hasilnya.
Selain itu agar siswa mampu mengeluarkan informasi, gagasan dan ide dari pikirannya perlu adanya media. Keberadaan media sangat membantu siswa dalam proses pengumpulan informasi yang akan disampaikan dalam bentuk tulisan. Adapun beberapa media untuk pembelajaran menulis adalag gambar tunggal/seri, kaset, video, radio, dan alam raya.
Aspek penilaian dalam keterampilan menulis diantaranya:
a. aspek kebahasaan yang mencakup: isi, penalaran, ketepaatan, teknik penyajian, bahasa yang sesuai ragam dan unggah-ungguh, kejelasan, struktur, dan ejaan
b. aspek penampilan dan sikap mencakup: kesungguhan, memikat pembaca, ketelitian, berani dan percaya diri.
Menulis sering diartikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan atau komunikasi dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Komunikasi atau pesan yang disampaikan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan tersebut merupakan lambang atau simbol bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Seingga dalam hal ini, pesan atau komunikasi yang disampaikan melibatkan empat unsur, yaitu; (1) penulis sebagai penyampai pesan, (2) pesan atau isi tulisan, (3) saluran atau media berupa tulisan, dan (4) pembaca sebagai penerima pesan.
Menulis pada hakikatnya menyampaikan ide atau gagasan dan pesan dengan menggunakan lambang grafis (tulisan) sesuai dengan kaidah kebahasaan, baik informasi sastra maupun nonsastra. Adapun tujuan pembelajaran menulis adalah;
a. mendorong siswa menulis dengan jujur dan tanggung jawab
b. merangsang imajinasi dan daya pikir
c. menghasilkan tulisan yang organisasinya bagus, tepat, jelas, dan penggunaan bahasanya efektif.
Selain itu, menulis memiliki beberapa manfaat antara lain:
a. meningkatkan kecrdasan
b. mengembangkan daya inisiatif dan kreatifitas
c. menumbuhkan keberanian
d. mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
- Ragam Tulisan
Tulisan dapat disajikan dalam lima bentuk ragam wacana, yaitu:
a. Deskripsi (pemerian), adalah ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan dari penulisnya. Sasarannya adalah menciptakan imajinasi (daya khayal) pembaca sehingga dia seolah-olah melihat, mengalami, dan merasakan sendiri apa yang dialami penulisnya.
b. Narasi (penceritaan/pengisahan) adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa. Sasarannya memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai fase, langkah, urutan atau rangkaian terjadinya sesuatu hal. Karya ini dapat kita temukan pada prosa atau drama, biografi, laporan peristiwa, resep, cara membuat sesuatu hal.
c. Eksposisi (paparan) adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk menerangkan, menyampaikan, atau menguraikan sesuatu hal yang dapat memperluas dan menambah pengetahuan serta pandangan pembacanya. Sasarannya adalah menginformasikan sesuatu tanpa ada maksud mempengaruhi pikiran, perasaan, dan sikap pembacanya. Fakta dan ilustrasi yang disampaikan penulis sekedar memperjelas apa yang disampaikannnya.
d. Argumentasi (pembuktian/pembahasan) adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca mengenai kebenaran yang disampaikan oleh penulisnya secara logis, kritis dan sistematis.
e. Persuasi adalah ragam wacana yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan penulisnya. Persuasi lebih menggunakan pendekatan emosional. Dalam karangan ini dapat ita temukan dalam propaganda, iklan, selebaran atau kampanye.
- Menulis sebagai Proses
Kegiatan menulis sering disebut orang mengarang adalah kegiatan yang tidak menarik dan bahkan menjemukan. Berdasarkan survei pada umumnya kegiatan menulis paling tidak disukai oleh siswa dan gurunya. Nah, jika guru sendiri tidak menyukai, bagaimana dengan siswanya? Bagaimana pula seorang guru dalam mengajarkan pembelajajan menulis pada siswanya? Untuk itu diperukan sebuah proses agar keterampilan menulis menjadi sesuatu yang menarik dan menyenangkan.
Hal ini juga dipengaruhi beberapa anggapan yang membuat seseorang enggan melakukan kegiatan menulis. Anggapan tersebut antara lain;
a. Menulis itu mudah
Teori tentang menulis memanglah mudah, tetapi mengarang atau menulis bukanlah sekedar teori yang dihafal. Akan tetapi perlu keterampilan dan dipraktikan.
b. Kemampuan menulis menggunakan unsur mekanik tulisan
Didalam menulis atau mengarang sesesorang tidak hanya perlu memiliki keterampilan mekanik saja, yaitu; penggunaan ejaan, diksi, pengkalimatan dan pengalineaan. Namun juga diperlukan kemampuan menyampaikan isi berupa ide atau gagasan, perasaan, dan informasi yang disampaikan kepada orang lain atau pembaca.
c. Menulis itu harus sekali jadi
Banyak anggapan bahwa kegiatan menulis harus dilakukan sekali jadi. Hal ini kemungkinan besar jawabannya adalah tidak! Mengapaa? Karena biasanya setelah seseorang menulis, ia akan membaca berulang-ulang hasil tulisan tersebut. Jika tulisan dianggap belum pas, ia akan mencoret atau menyobek dan meremas-remas dan kemudian menyusun kalimat kembali.
d. Orang yang tidak pernah menulis dan tidak suka menulis dapat mengajarkan menulis. Beberapa guru banyak yang mengajar bahasa Indonesia yang tidak suka menulis dan bahkan tidak pernah menulis mengajarkan kepada siswa tentang menulis.
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Gagasan-gagasan penulis akan tertuang pada kegiatan ini. Seorang penulis haruslah terampil memanfaatkan unsur ide, struktur bahasa, dan pilihan kata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara alami, tetapi harus melalui pelatihan dan praktik. Oleh sebab itu, pembelajaran menulis bahasa Jawa di sekolah seharusnya diintensifkan melalui pelatihan dan pembinaan, niscaya akan tampak hasilnya.
- Standar Isi Menulis Bahasa Jawa
NO | KELAS/ SMT | STANDAR KOMPETENSI | KOMPETENSI DASAR |
1. | I/1 | Mampu menulis huruf, suku kata, kata, dan kalimat sederhana dengan huruf lepas. | 4.1 Menulis huruf 4.2 Menulis suku kata dan kata 4.3 Menulis kalimat sederhana |
2. | I/2 | Mampu menulis kalimat sederhana dengan huruf lepas, sambung, dan dikte. | 8.1 Menulis kalimat sederhana (2-3 kata) dengan huruf sambung. 8.2 Menulis kalimat yang didiktekan |
3. | II/1 | Mampu mengungkapkan gagasan /pendapat secara tertulis dalam berbagai ragam bahasa Jawa sesuai unggah ungguh | 4.1 Menulis kalimat sederhana 4.2 Menulis nama gamelan, Panakawan, dan benda-benda di sekitarnya yang didiktekan. |
4. | II/2 | Mampu mengungkapkan gagasan /pendapat secara tertulis dalam berbagai ragam bahasa Jawa sesuai unggah ungguh | 8.1 Menulis kegiatan sehari-hari 8.2 Menulis kegiatan sehari-hari yang didiktekan |
5. | III/1 | Mampu menulis karangan dalam berbagai ragam bahasa dan menulis huruf Jawa | 4.1 Menulis karangan sederhana 4.2 Menulis huruf Jawa nglegena |
6. | III/2 | Mampu menulis karangan sederhana menggunakan berbagai ragam bahasa Jawa sesuai dengan kaidah penulisan dan menulis kalimat berhuruf Jawa | 8.1 Menulis karaangan sederhana menggunkan ragam bahasa Jawa ttt 8.2 Menulis kalimat sederhana berhuruf Jawa nglegena |
7. | IV/1 | Mampu menulis percakapan/dialog dalam berbagai ragam bahasa Jawa sesuai dengan unggah ungguh dan menulis huruf Jawa | 4.1 Membuat percakapan/dialog sederhana 4.2 Menulis kata berhuruf Jawa yang menggunakan sandhanga swara (wulu, suku, pepet, taling, taling tarung) |
8. | IV/2 | Mampu menulis karangan dalam berbagai ragam bahasa Jawa sesuai dengan unggah ungguh dan menulis huruf Jawa | 8.1 Menulis urutan cara membuat sesuatu secara sederhana 8.2 Menulis kalimat sederhana berhuruf Jawa menggunakan sandhangan panyigeg wanda dan wyanjaya |
9. | V/1 | Mampu menulis karangan dalam berbagai ragam bahasa Jawa sesuai dengan unggah ungguh dan menulis huruf Jawa | 4.1 Menulis surat pribadi 4.2 Menulis kalimat berhuruf Jawa menggunakan sandhangan panyigeg wanda |
10. | V/2 | Mampu menulis laporan sederhana dalam berbagai ragam bahasa Jawa tertentu dan menulis huruf Jawa | 8.1 Menulis laporan sederhana hasil pelaksanaan tugas 8.2 Menulis kalimat sederhana berhuruf Jawa menggunakan pasangan |
11. | VI/1 | Mampu menulis karangan dalam ragam bahasa Jawa tertentu dan menulis huruf Jawa | 4.1 Menulis karangan 4.2 Mnulis kalimat berhuruf Jawa menggunakan pasangan |
12. | VI/2 | Mampu menulis karangan dalam berbagai bentuk dan menulis huruf Jawa | 8.1 Menulis karangan (parafrase, dialog, narasi, dan sebagainya) 8.2 Menulis kalimat berhuruf Jawa |
A. Model Pembelajaran Membaca dan Menulis
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Menurut Joyce (1992;4) menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Model pembelajaran memiliki ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Adapun ciri-ciri tersebut adalah:
1. Rasional teoritik yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya, artinya bahwa model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Contoh pada model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama memecahkan masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Ketika guru sedang menerapkan model pembelajaran tersebut, seringkali siswa menggunakan bermacam-macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis. Model pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh teori belajar kontruktivis. Pada model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerja sama diantara siswa-siswa. Dalam model ini guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan.
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai). Dalam ciri ini model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaks (pola urutannya) dan sifat lingkungan belajarnya. Sebagai contoh pengklasifikasian berdasarkan tujuan adalah pembelajaran langsung, yaitu suatu model pembelajaran yang baik untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar seperti tabel perkalian atau topik-topik yang berkaitan dengan penggunaan alat. Model ini tidak sesuai bila digunakan untuk mengajarkan konsep-konsep matematika tingkat tinggi.
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, artinya bahwa sintaks (pola urutan) dari model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Model kegiatan ini diawali dengan menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa agar terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap model pembelajaran diakhiri dengan tahap menutup pelajaran yang di dalamnya meliputi kegiatan merangkum pokok-pokok pelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Tiap-tiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Misalnya, model pembelajaran kooperatif memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel seperti tersedia meja dan kursi yang mudah dipindahkan. Pada model pembelajaran diskusi para siswa duduk di bangku yang disusun secara melingkar atau seperti tapal kuda. Sedangkan pembelajaran langsung siswa duduk berhadap-hadapan dengan guru.
Di bawah ini beberapa contoh model-model pembelajaran:
1. EXAMPLES NON EXAMPLES (Contoh dapat dari kasus/gambar yg relevan dg KD)
Langkah-langkah :
a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
b. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP
c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar
d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas
e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
f. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai
g. Kesimpulan
2. PICTURE AND PICTURE
Langkah-langkah :
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Menyajikan materi sebagai pengantar
c. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
d. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
e. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
f. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
g. Kesimpulan/rangkuman
- NUMBERED HEADS TOGETHER ( Kepala Bernomor)
Langkah-langkah :
a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
e. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
f. Kesimpulan
- NUMBERED HEADS TOGETHER
Skrip kooperatif : metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari
Langkah-langkah :
a. Guru membagi siswa untuk berpasangan
b. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
c. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
d. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
e. Sementara pendengar :
f. Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
g. Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
h. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
i. Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru
j. Penutup
- KEPALA BERNOMOR STRUKTUR
Langkah-langkah :
a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
b. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya
c. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka
d. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
e. Kesimpulan
- STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) /TIM SISWA KELOMPOK PRESTASI
Langkah-langkah :
a. Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
b. Guru menyajikan pelajaran
c. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
d. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu
e. Memberi evaluasi
f. Kesimpulan
- JIGSAW (MODEL TIM AHLI)
Langkah-langkah :
a. Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim
b. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
c. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
d. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
e. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
f. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
g. Guru memberi evaluasi
h. Penutup
- PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI)/ PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH
Langkah-langkah :
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
b. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
c. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
d. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
e. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
- ARTIKULASI
Langkah-langkah :
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
b. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
c. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang
d. Suruhlan seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya
e. Suruh siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya
f. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa
g. Kesimpulan/penutup
- MIND MAPPING (Pemetaan Pikiran)
Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban
Langkah-langkah :
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban
c. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
d. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi
e. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
f. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru
- MAKE - A MATCH (Mencari Pasangan)
Langkah-langkah :
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
b. Setiap siswa mendapat satu buah kartu
c. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
d. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)
e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
f. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
g. Demikian seterusnya
h. Kesimpulan/penutup
Dari model-model pembelajaran tersebut di atas, selanjutnya disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada pada keterampilan membaca dan menulis bahasa Jawa. Di bawah ini contoh model pembelajaran yang telah diimplementasikan ke dalam perencanaan pembelajaran.
CONTOH MODEL PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA JAWA
KELAS/SEMESTER: I/1
NO | STANDAR KOMPETENSI | KOMPETENSI DASAR | ALTERNATIF MODEL | LANGKAH-LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN |
1. | 4. Mampu menulis huruf, suku kata, kata, dan kalimat sederhana dengan huruf lepas | 4.1 Menulis huruf | SAVI (Somatic Auditory Visualization Intellectualy) Model Pembelajaran Kreatif dan Produktif | 1. Guru menyiapkan peserta secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran 2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai 3. Guru memberikan motivasi 4. Siswa secara perseorangan aktif melakukan kegiatan, melakukan aktivitas fisik menirukan gerakan yang dilakukan gr 5. Siswa melakukan gerakan bermakna (hand on) dari guru berupa gerakan tangan di udara membentuk huruf-huruf (tahap somatic) 6. Sambil menggerakkan tangan di udara membentuk huruf, siswa mendengarkan bunyi huruf yang diucapkan guru 7. Siswa menulis huruf di udara sambil melafalkan huruf yang ditulis (tahap auditory) 8. Melalui bimbingan guru, siswa menggambarkan / menuliskan haruf yang diucapkan gurudi buku tulis dengan menggunakan pensil (tahap visualisasi) dengan pola berbentuk menghubungkan titik-titik menjadi huruf 9. Melakukan pemajangan hasil siswa 10. Siswa menulis huruf tanpa bantuan pola titik-titik (intelectualy) 11. Guru memberikan umpan balik proses pembelajaran 12. Memberikan penilaian terhadap kegiatan yang dilakukan siswa 13. Memberikan penguatan menulis 14. Menyimpulkan hasil pembelajaran 15. Menginformasikan materi pertemuan berikutnya |
CONTOH MODEL PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA JAWA
KELAS/SEMESTER: I/1
NO | STANDAR KOMPETENSI | KOMPETENSI DASAR | ALTERNATIF MODEL | LANGKAH-LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN | |||
2. | 4. Mampu menulis huruf, suku kata, kata, dan kalimat sederhana dengan huruf lepas | 4.2 Menulis suku kata dan kata | Complete Sentense (melengkapi kalimat) Word Square | 1. Guru menyiapkan gambar-gambar tunggal yang dibawahnya dituliskan huruf/kata yang belum lengkap
k u ... ... b ... ... ... s ... ... ... 2. Guru menyampaikan indikator yang diinginkan 3. Guru menyajikan materi secukupnya tentang suku kata dan kata 4. Guru membentuk kelompok berpasangan dengan teman sebangku 5. Guru membagikan gambar-gambar tunggal 6. Siswa diharapkan berdiskusi untuk melengkapi kata yang belum lengkap sesuai dengan gambar 7. Membicaraan hasil diskusi kelompok 8. Setelah jawaban benar/ yang salah diperbaiki, setiap siswa disuruh menuliskan kata di buku tulis masing-masing 9. Menyimpulkan materi 1. Guru menyiapkan media berupa soal/gambar dalam bentuk teka-teki 2. Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai yaitu menulis suku kata dan kata 3. Guru membagi lembar kegiatan sesuai contoh 4. Siswa menjawab soal (mengisi kotak-kotak tersebut dengan huruf-huruf sesuai pertanyaan) 5. Guru memberikan poin setiap jawaban dalam kotak |
CONTOH MODEL PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA JAWA
KELAS/SEMESTER: II/2
NO | STANDAR KOMPETENSI | KOMPETENSI DASAR | ALTERNATIF MODEL | LANGKAH-LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN | ||
2. | 4. Mampu mengungkapkan gagasan/pendapat secara tertulis dalam berbagai ragam bahasa Jawa sesuai unggah-ungguh | 4.1 Menulis kalimat sederhana | Complete Sentense | 1. Guru menyiapkan gambar-gambar tunggal yang dibawahnya dituliskan kalimat sederhana yang belum lengkap
Iki ... rani iki ... .... 2. Guru menyiapkan blangko/kertas isian berupa kalimat yang belum lengkap 3. Guru menyampaikan indikator yang diinginkan 4. Guru menyajikan materi secukupnya tentang kalimat sederhana 5. Guru membentuk kelompok berpasangan 6. Guru membagikan lembar kerja berupa gambar-gambar tunggal 7. Siswa diharapkan berdiskusi melengkapi kalimat yang belum lengkap sesuai dengan gambar 8. Membicarakan hasil diskusi kelompok bersama-sama 9. Setelah jawaban benar, setiap siswa disuruh menuliskan kalimat di buku tulis masing-masing 10. Guru membagikan lembar kerja berupa kata, siswa diminta untuk melengkapi kata menjadi kalimat 11. Siswa berdiskusi untuk melengkapi kata menjadi kalimat 12. Membicarakan hasil diskusi kelompok bersama-sama 13. Setelah jawaban benar/yang salah diperbaiki, siswa disuruh membaca berulang-ulang dan menuliskannya di buku tulis masing-masing 14. Menyimpulkan materi |
CONTOH MODEL PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA JAWA
KELAS/SEMESTER: III/1
NO | STANDAR KOMPETENSI | KOMPETENSI DASAR | ALTERNATIF MODEL | LANGKAH-LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN |
3. | 4. Mampu menulis karangan dalam berbagai ragam bahasa dan menulis haruf Jawa | 4.1 Menulis huruf Jawa nglegeno | Explisit Intruction (Pengajaran Langsung) | 1. Guru menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa 2. Guru medemonstrasikan cara menulis huruf Jawa nglegeno 3. Guru membimbing siswa dalam menulis huruf Jawa 4. Siswa diberi kesempatan untu latihan lanjutan |
Daftar Rujukan
.
- Badudu. J. S. 1993. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah:
Tinjauan dari Masa ke Masa, Bambang Kaswanti Purwo (ed), Pelba 6.
Yogyakarta: Kanasius.
- Baradja, M. F. 1990. Kapita Selekta Pengajaran Bahasa. Malang: IKIP Malang.
- Muchlisoh. 1992. Materi Pokok Bahasa Indonesia 3. Jakarta: Depdikbud.
- Root, Betty. 1995. Membantu Putra Anda Belajar Membaca. Jakarta: Periplus.
- Rofi’uddin, Ahmad. 2003. Faktor Kreativitas Dalam Kemampuan Membaca dan
Menulis Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar Islam Sabilillah Malang. Lemlit Universitas Negeri Malang.
- Syafi’ie, Imam. 1999. Pengajaran Membaca di Kelas – Kelas Awal Sekolah Dasar. Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pengajaran Bahasa Indonesia pada FPBS Universitas Negeri Malang. Malang: Universitas Negeri Malang.
- Semiawan, Conny. R. 2002. Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini.
Jakarta: PT Ikrar Mandiri Abadi.
· Trianto. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka
.
0 komentar:
Posting Komentar