• Contoh Naskah Drama



    TUGAS BAHASA INDONESIA
    ( PEMENTASAN DRAMA )
    “ REINGKARNASI PERKUTUT ”



     





      

    Oleh :
    Ade Poppy Ayuni
    Diah Wulansari
    Firman Ardiyansyah
    Fatiya Karimah
    Idham Sumirat
    Ratih Kurniasari
    Shofin Nurul Aidina

    Kelas XI IPA.3

    SMAN 2 WONOSOBO
    Jln. Banyumas Km.5 Telp. (0286)322614  Wonosobo

    Agegan I
    Teras rumah Pak Sastro, pagi hari. Pak Sastro dengan keasyikannya sedang “mengelus – elus” perkutut kesayangannya. Tiba- tiba dari dalam istrinya nyrocos, marah – marah.

    01
    Bu Sastro
    :
    Kang Sastro....! Kalau tiap hari kerjamu hanya begini namanya kamu bukan tipe suami yang baik. Kamu telah melupakan petuah – petuah  dari orang tua kita, semaktu kita menikah dulu.
    (Pak Sastro masih tetap asyik dengan perkututnya)
    02
    Bu Sastro
    :
    Pak.....! Welha, tidak Ngrewes ta?! Saya ini bojomu lho Pak, kok kamu...... 
    03
    Pak Sastro
    :
    Lho, kamu tu yang terlalu bune, katanya kamu mau menerimaku dengan pasrah, mencintaiku sampai jadi kakek – kakek dan nenek – nenek, tapi sekarang ?
    Hanya karena aku menyisihkan waktu untuk mencintai perkututku, kamu selalu “nggrundel”ulatmu selalu peteng. Apakah ini namanya juga istri yang baik? 
    04
    Bu Sastro
    :
    Tapi pekerjaanmu tidak pantas dilihat tetangga. Bahkan yang paling terlalu, kamu tidak mau lagi ngurus anakmu, tidak cari kerja sambilan. Apa kamu pikir bisa menghidupi aku hanya dengan mengelus – elus burung sialanmu itu? 
    05
    Pak Sastro
    :
    Edyian....! Kamu ini tidak bisa memberikan kesempatan kepada saya untuk tenang, tapi selalu bikin kisruh pikiranku.
    Lantas apa dengan begini, aku tidak bisa nuruti permintaan kalian? Kalau mau beli rumah gedong magrong – magrong saya juga ampu nanti. 
    06
    Bu Sastro
    :
    Alah........., jangan mimpi, kamu harus melihat dengan akal waras. Ingat pak, ketika aku ingin dibelikan celana lepis, kamu malah macam – macam.  
    07
    Pak Sastro
    :
    Tapi kamu tidak pantas memakai celana lepis itu, kalau membelikan saja saya bisa! Tapi permasalahannya, apakah celana itu cocok atau tidak dengan potongan tubuhmu yang begitu, kamu itu mbok ngaca, ngilo bune.....
    08
    Bu Sastro
    :
    Alasan  kuno ! Tidak membelikan malah menghina ! Biar potongan saya begini, cocok atau  tidak bukan masalah, Masalahnya sekarang adalah selera, S-E-L-E-R-A!
    Selera saya sebagai wanita yang mengikuti mode. Moderen, Moderen Pak.  
    09
    Pak Sastro
    :
    Mengikuti moderen itu boleh – boleh saja. Tapi kamu mbok mikir dengan akal waras, apakah mode itu cocok atau tidak, sesuai apa tidak, bisa menutup mata atau malah bikin sakit mata. Jangan asal moderen Bu!    
    10
    Bu Sastro
    :
    Prek! Kamu sekarang ternyata lain dengan kamu yang dulu. Dulu kamu begitu memuja – muja “Dinda Painah,sekalipun aku harus  membeli gunung, asal kau bisa aku miliki, aku bersedia dinda.” Tapi sekarang? Mana, mana ? malah kamu asyik dengan manukmu.   
    11
    Pak Sastro
    :
    Weladalah, apa dikira kamu juga seperti yang dulu? Kamu pernah berkata “Kang mas, aku akan menjadi istrimu, aku akan melayanimu, akau akan memenuhi semua perintaanmu.” Tapi sekarang ?
    12
    Bu Sastro
    :
    Kamu berjanji akan membelai – belai rambutku setiap mau tidur, tapi sekarang kamu lebih asyik membelai perkututmu!
    13
    Pak Sastro
    :
    Kamu berjanji akan memijit – mijit tubuhku ketika mau tidur.
    14
    Pak Sastro
    :
    Dulu waktu pengantin baru, kamu selau menyediakan kopi setiap pagi. Tapi sekarang yang kamu hidangkan malah ulatmu yang peteng! 
    15
    Bu Sastro
    :
    Soalnya kamu sekarang lain!
    16
    Pak Sastro
    :
    Kamu yang lain!
    17
    Bu Sastro
    :
    Kamu!
    18
    Pak Sastro
    :
    Kamu!
    19
    Bu Sastro
    :
    Kamu!
    20
    Pak Sastro
    :
    Kamu!
    Poniah mendengar keributanan muncul dari belakang pintu
    21
    Poniah
    :
    Pak, Bu, mbok jangan sambil bengok – bengok.
    Ada apa to Pak...Bu....?
    Mbok jangan sambil bengok – bengok.
    Aku ki gek belajar.
    22
    Bu Sastro
    :
    Alah.., Nduk kamu itu masih kecil ndak usah ikut campur, kamu itu belum bisa merasakan jadi orang tua. Bapakmu kuwi lho kerjaannya Cuma ngelus – elus perkututnya.   
    23
    Pak Sastro
    :
    Lho...lho..kok jadi nggawa – nggawa aku to bu ? udah ta...., masalah kita jangan dibicarakan pada anak kita.
    24
    Poniah
    :
    Ya udah ta Bu... Pak...., jangan bengak – bengok, ora enak didengar tetangga.
    25
    Pak Sastro
    :
    Ya wis........, ya wis......,
    (Diam sesaat, saling pandang dan saling penthelengan)
    26
    Bu Sastro
    :
    Dulu waktu pacaran, kamu hanya suka makanan yang benar – benar dipertanggungjawabkan rasanya, tapi sekarang.....?
    Jengkol dan pete kamu makan dan joroknya terasi kamu sikat juga. 
    27
    Pak Sastro
    :
    Dulu kamu kalau tidur, dalam tidurmu selalu tersenyum manis, tapi sekarang kalau tidur, selalu mendengkur, bar-bor-bar-bor.  
    28
    Bu Sastro
    :
    Tapi kamu harus tahu, jengkollah yang ndesani, sebab itu makanan orang desa. 
    29
    Pak Sastro
    :
    Mendengkur adalah kebiasaan orang utan, dan orang yang nggak ngerti kebudayaanlah yang tidurnya “ngorok.”
    30
    Bu Sastro
    :
    Hidung saya tidak mau dekat – dekat dengan kamu, soalnya mulutmu bau!
    31
    Pak Sastro
    :
    Akibatnya setiap malam aku harus menutup telingaku dengan kapas, karena dengkuranmu itu!
    32
    Bu Sastro
    :
    Lebih baik aku sakit pilek dari pada harus mencium bau mulutmu!
    33
    Pak Sastro
    :
    Lebih baik aku budek dari pada harus mendengar suara dengkuranmu itu!
    34
    Bu Sastro
    :
    Bohong!
    35
    Pak Sastro
    :
    Kamu yang bohong!
    36
    Bu Sastro
    :
    Omong kosong!
    37
    Pak Sastro
    :
    Omonganmu yang kosong!
    38
    Bu Sastro
    :
    Edan!
    39
    Pak Sastro
    :
    Kamu yang edan!
    40
    Bu Sastro
    :
    Ndeso, ndesani, ndesit.....!
    41
    Pak Sastro
    :
    Kamu orang utan! Grok – grok – grok!
    42
    Bu Sastro
    :
    Kuno! Kolot! Ortodok! Dan lain – lainnya!
    43
    Pak Sastro
    :
    Ya wis kamu moderen!
    (Setelah Marahannya agak lama dan mulai mereda)
    44
    Bu Sastro
    :
    Dengar, kita sejak dulu masih tetap melarat, mungkin sampai besok , besok, besok dan seterusnya akan tetap begini.
    Kamu tahu? Kita ini Cuma gelandangan yang tak pernah digubris oleh lingkungan dan kamu belum sepenuhnya melakukan apa yang seharusnya sebagai suami yang utuh.   
    (Tiba – tiba Kliwon Muncul)
    45
    Kliwon
    :
    Ya, kita adalah gelandangan yang selalu kisruh, gelandangan yang onar. Sejak kemarin, setiap detik, setiap menit, setiap jam kerjaannya gaduh... saja,
    Apa lagi sekarang pagi – pagi begini kalian sudah..........
    46
    Pak Sastro
    :
    Kliwon ....!!!
    47
    Kliwon
    :
    Ya, seterusnya kita akan tetap terus begini selalu kisruh, onar, dan tetap gelandanagan.
    48
    Pak Sastro
    :
    Kliwon ! Kamu sudah berani membantah, ya?!! Sudah berani?
    49
    Kliwon
    :
    Welha, anak jaman sekarang ini kalau tidak berani membantah itu namanya kuno, ndesani. Apalagi sejak kecil aku disuguhi bantah – membantah di rumah ini.
    50
    Pak Sastro
    :
    Biongane..!!?
    51
    Kliwon
    :
    Sebentar, Sebentar, Pak! Saya ingin rembugan serius.
    52
    Pak Sastro
    :
    Serius mbahmu! Dari tadi aku sudah serius.
    53
    Kliwon
    :
    Bapak ingat sekarang tanggal berapa ?
    (Pak sastro diam mengingat - ingat)
    54
    Kliwon
    :
    Sudah saya duga, bapak pasti lupa.
    Sekarang tanggal 21. Nah seperti yang bapak janjikan beberapa hari yang lalu. Bahwa hari ini bapak akan membelikan Kliwon sepeda motor yang baru.
    55
    Pak Sastro
    :
    Kliwon,
    56
    Kliwon
    :
    Ya, Sepeda motor bebek.
    57
    Bu Sastro
    :
    Kliwon,Kamu itu nyidam LP apa ? kamu tahu bapakmu kerjaannya hanya ngelus – elus manuk!
    58
    Pak Sastro
    :
    Kliwon, saya kan kemarin bilang kalau perkututku ini sudah laku di jual!
    59
    Kliwon
    :
    Baik, Jadi masalahnya janji bapak sudah ruwet, bundet. Kalau begitu saya sudah terlanjur  malu sama pacar saya. Apa boleh buat, saya harus terpaksa minggat dari sini, dari rumah ini. Saya muak dengan keadaan ini. Saya mau minggat!!!!
    60
    Bu Sastro
    :
    Kliwon, kamu jangan main – main !
    61
    Kliwon
    :
    Tidak! Saya serius! Saya mau minggat! 
    62
    Bu Sastro
    :
    Kliii..............woooooon....

    Bu sastro menangis dipelataran. Dia menangisi kepergian anaknya. Sementara, Pak Sastro masih tetap duduk dan menyulut rokoknya. 
    63
    Bu Sastro
    :
    Lelaki gombal !
    64
    Pak Sastro
    :
    Ya, apa boleh buat dia sudah saya peringatkan untuk nunggu burungku ini laku di jual.
    65
    Bu Sastro
    :
    Burung! Burung! Burung gombal!
    Aku tidak mengerti jalan pikiranmu sekarang ! kamu pikir anak kita Kliwon bisa ditukar dengan perkutut keparatmu itu? Atau setidaknya, kamu pikir kamu dapat menjual perkutut seharga motor apa...? 
    66
    Pak Sastro
    :
    Yang aku pikir, kau sudah mulai kunsomtif sekarang, tidak seperti dulu, kamu itu penurut, pasrah, setia, bahkan cuap – cuap sedikitpun tak berani.  
    67
    Bu Sastro
    :
    Pak, apa kau kira aku tidak muak dengan benda itu!
    68
    Pak Sastro
    :
    Apa kau kira aku tidak muak dengan ocehanmu itu ?!!
    69
    Bu Sastro
    :
    Sastro, kamu memang betul – betul keterlaluan! “Saya mau nyusul Kliwon!”
    Bu Sastro akhirnya keluar untuk menyusul kepergian Kliwon. Pak Sastro sedikit berreaksi dan akhirnya keluar juga. 

    Adegan II
    Kliwon dengan kekasihnya lagi asyik. Nyes – nyes – nyes. Indehoy, kayak orang pacaran.   
    70
    Clemprit
    :
    (Mesra) Mas,mas mbok jangan “perengat – perengut ” di hadapanku gitu! diriku kan jadi khiklhuk.

    71
    Kliwon
    :
    Sebentar Diajeng, kamu mbok turut membantu aku memecahkan masalah yang memberangusku.
    72
    Clemprit
    :
    Alah..., Mas Kliwon Cuma pura – pura susah, pura – pura sedih. Biar aku dekat, gitu ta? 
    73
    Kliwon
    :
    Diajeng, Aku benar – benar susah!
    74
    Clemprit
    :
    Alah... ngapusi! Kenapa coba?
    75
    Kliwon
    :
    Aku kan malu, bertahun – tahun kita pacaran tetapi belum sekalipun diajak nboncengan motor sama aku. Bagaimana itu diajeng ?
    76
    Clemprit
    :
    Mas, itu gak penting. Yang penting, bagaimana mas Kliwon bisa membuktikan intensitas cintanya Mas Kliwon kepada saya.
    77
    Kliwon
    :
    Lho, itu juga penting, itu prinsip. Itu merupakan bukti dan kesetiaanku, aku wujudkan dengan  penghormatanku pada kamu diajeng.     
    78
    Clemprit
    :
    Itu tidak penting. Bagaimana kalu sekarang kita ngomong yang asyik – asyik saja.
    79
    Kliwon
    :
    Lho, yang asyik – asyik itu apa diajeng ? 
    80
    Clemprit
    :
    Ya apa saja pokoknya yang asyik – asyik. Misalkan ngomong tentang udara, ngomong tentang puisi. 
    81
    Kliwon
    :
    Puisi? Bagus. Bagaimana kalau kamu saya buatkan sebuah puisi diajeng ? 
    82
    Clemprit
    :
    Emoh.., ntar kita dikiria orang cengeng.
    83
    Kliwon
    :
    Apa kita ngomong tentang Korupsi saja?
    85
    Clemprit
    :
    Emoh, nanti kita dikira demonstrasi.
    Sekarang lagi musim demonstrasi lho.
    86
    Kliwon
    :
    Lha ngomong apa? Ngomong soal puisi dikira cengeng, ngomong soal korupsi dikira demonstrasi, saya malah kayak diberangus.  
    87
    Clemprit
    :
    Bagaimana kalau ngomong tentang masa depan?
    88
    Kliwon
    :
    Oke, aku punya ide, bagaimana kalu kamu saya lamar saja?
    89
    Clemprit
    :
    Lamar? Secepat itu? Apa tidak terlalu dini ? 
    90
    Kliwon
    :
    Husss! Itu ide terbaik yang kita temukan. Daripada kita cengeng, daripada kita hura – hura, daripada kita bengak – bengok tak berguna. 
    91
    Clemprit
    :
    Tapi................


    :

    KLIWON               :      Ayo ta! Kita segera berangkat.
    (KLIWON MENYERET CLEMPRIT OUT IN STAGE. MUSIK MEMBAHANA)

    ADEGAN III
    (KEMUDIAN MASUK KE ADEGAN PAK ARJO. PAK ARJO YANG LAGI SIBUK DENGAN KERTAS-KERTAS DI MEJANYA SAMBIL GREMANG GREMENG SENDIRI)
                PAK ARJO           :        Hewan apa yang mulutnya lebar??......
                                                    Wah agak sulit ramalan dari Eyang Gunung Kawi.
                                                    Kera mulutnya lebar (BERPIKIR SEBENTAR).
                                                    Ya, benar kera (BERTERIAK). Ya kera berarti……
    (TAPI TIBA-TIBA PULA SUARA ISTRINYA DARI DALAM LEBIH KERAS, MENGALAHKAN TERIAKAN PAK ARJO MALAHAN)
                BU ARJO             :        Pak!!!!!!
    Dibilangin jangan keras-keras masih ngeyel. Gremang-gremeng, ngramal-ngramal, apa kamu kira tetangga-tetangga kita itu tidak benci mendengar teriakan-teriakanmu setiap hari K,A,B,E…
    PAK ARJO        :           Awas huruf main, K, A, B, E
                                                    Huruf K lolos, huruf A……
                BU ARJO             :        Pak saya ini sebel mendengar grenengan suaramu itu.
    PAK ARJO        :           Tapi kali ini bener-bener siip bu… bayangkan dari empat ramalan setelah aku hitung-hitung hurufnya ya hanya K, A, B, E. Cuma itu bu..
    BU ARJO          :           kabe-kabe. Kabe-kabe itu kan program pemerintah , jangan kamu campur adukkan dengan angka-angkamu itu.
    PAK ARJO        :           Lho…tpi ini benar-benar pilihan siip yang bakal keluar. Nyatanya ini!! Lihat!! Ramalan dari Eyang Giri (MENGAMBIL KERTAS RAMALAN). Dan ini ramalan dari Eyang Mangleng. Hati-hati huruf hidup awal. Itu kan artinya A. dan empat ramalan ini semua cuma mubeng singer membicarakan huruf  K, A, B, E, thok….  Jadi entah ada kaitannya dengan program pemerintah atau tidak, ya biar. Pokoknya saya harus ngebok nomer ini, maksud saya nggenjot huruf ini sebanyak-banyaknya dan untuk itu akan kita jual semua barang-barang kita yang masih ada.
    BU ARJO            :         Pak barang kita satu-satunya tinggal sepeda thok, itu warisan dari bapakku. Jangan nekat pak!!
    PAK ARJO           :         Pokoknya untuk huruf  K-A-B-E ini akan kita jual sepeda, dan itu….radio. Kalau perlu ditambah pakaianku, jaritmu, dan beberapa pakaian si Clemprit.
    BU ARJO            :         Jangan edan pak!!
    PAK ARJO           :         Lho nggak apa-apa. Itu wajar bu. Untuk mencapai keinginan kita harus tirakat. Untuk sementara kita nggak pakai baju nggak apa-apa. Toh nanti begitu huruf ini diumumkan besok kita bersorak sekeras-kerasnya, viktoria-viktoria, kemenangan-kemenangan. Horeeee……..
                                        Tapi ini bukan demonstrasi lho.
                                        Dan setelah itu kita bisa membeli pakaian yang kamu sukai, apa….batik kris? Biar kayak istri-istri pejabat, apa pejabat, apa celana lepis? Biar kayak bintang pilem. Kita nanti beli rumah sepanyolan atau kalo belum sreg kita beli hotel Bagelen atau hotel Suronegaran itu? Bagaimana? Sekarang mana radionnya?
    BU ARJO            :         Jangan edan pak!
                                        Ingat kemarin kamu juga jual celana dan jam tangan hanya untuk nebak huruf  K-A-M-I sedang yang keluar J-A-M-I, blong kan??
    PAK ARJO           :         Lho, kemarin itu nebaknya KAMI sedang yang keluar JAMI, itu kan namanya nyaris, artinya rejeki kita hamper dating.
    BU ARJO            :         Pokoknya aku nggak setuju kalau kamu jual sepeda dan radio itu, dan juga jaritku yang tinggal satu-satunya ini, kalau sarungmu terserah.
    (TIBA-TIBA CLEMPRIT DAN KLIWON MASUK)
    CLEMPRIT          :         Bu…….Pak……………
    PAK ARJO          :         We lhadalah genduk, bagaimana dengan huruf bapak ini? K-A-B-E bagaimana?
    CLEMPRIT          :         Waduh siip, siip pak!
    PAK ARJO           :         Kalau begitu pakaianmu tinggal berapa potong?
    BU ARJO            :         Jangan nduk!!
    PAK ARJO           :         Lho, bukankah ini demi huruf itu dan demi masa depan kita?
    BU ARJO            :         Tapi………………
    CLEMPRIT          :         Pak, Bu…kenalkan, saya bawa temen.
    PAK ARJO           :         Eits, siapa namanya?
    KLIWON             :         Kliwon pak!
    PAK ARJO          :         Siapa, Kliwon?!?! Astaga! Cocok. Kliwon itu diawali dengan huruf  K, sedang ramalan saya K-A-B-E. Cocok-cocok.
    KLIWON             :         Saya Kliwon pak. Bapak saya namanya Sastro, punya perkutut namanya Bagong.
    PAK ARJO          :         Bangsat, Bagong? Lhadalah cocok. Itu kan huruf B. ini namanya cocok. Hahahahaha……
                                        Nah bu, mana radio, celanaku, jaritmu, gadaikan cepat. Dibokkan saja kepada huruf  K-A-B-E, cepat!
    BU ARJO            :         Ini edan namanya. Edan tenan!
    PAK ARJO          :         Kamu ini perempuan apa? Sudah tahu ramalan siip kok masih ragu-ragu. Kalau perlu rumah kita jual atau meja, kursi, kasur, jual semua
                                        He..nduk, cocok nggak? Nembus nggak?
    CLEMPRIT         :         Cocok dan pasti nembus pak!
    PAK ARJO          :         Siip, beres. Ayo semua barang kita jual atau kita gadaikan semua. Ayo..bu (BU ARJO DIAM). Ayo… (PADA CLEMPRIT), lha kamu namanya siapa tadi?
    KLIWON             :         Kliwon pak.
    PAK ARJO          :         Nah, Kliwon ini rejekimu.
                                        Tentunya kamu datang kesini cuma mau tahu bocoran ramalan saya kan?
    KLIWON             :         Ya salah satunya  termasuk itu, tapi ada yang le\bih penting lagi…
    PAK ARJO          :         lha apa ini kurang penting? Lha kalau ragu ya tebakan itu di wolak-walik juga nggak apa-apa.. apa dimistik jadi BAKE, EBAK, KEBA, gitu.
    KLIWON             :         Bukan itu, saya percaya kalau ramalan Pak Arjo pasti nembus. Tapi kedatangan saya kemari mau ngelamar dik Clemprit.
    BU ARJO            :         Apa?? Kok enak sekali. Begitu gampang. Waton ujus-ujus. Kamu nglamar itu kan artinya Clemprit mau kamu jadikan istri lho?
    KLIWON             :         Iya bu…
    BU ARJO            :         Nekat! Kamu kira ngelamar itu seperti orang beli tempe goring saja. Nglamar itu pakai aturan. Sana pulang Bapakmu suruh kemari.
    PAK ARJO          :         Alah, gampang, nanti kalau ramalan kita nembus, semua biaya biar saya yang nomboki, pokoknya beres.
    KLIWON             :         Jadi lamaran saya diterima pak?
    BU ARJO            :         Ngawur!! Tidak. Saya tidak akan menerima lamaranmu kalau bapakmu tidak kesini.
    KLIWON             :         Tapi….
    BU ARJO            :         Tidak!!!
    (KLIWON KECEWA, SEJENAK DIA BERMAKSUD MENINGGALKAN RUMAH ITU, TAPI TIBA-TIBA IBU KLIWON MUNCUL)
                BU ARJO          :           Kliwon…won…
    (KLIWON SEPERTI TUTUP KETEMU TUMBU/TUMBU KETEMU TUTUP, DIA GEMBIRA DENGAN KEDATANGAN IBUNYA, TAPI IBUNYA SENDIRI TIDAK TAHU PERMASALAHAN YANG SEDANG DIHADAPI KLIWON, HINGGA DIA LANGSUNG NYEROCOS SENDIRI TANPA PEDULI DIA SEDANG BERADA DIMANA)
    BU SASTRO       :          Kliwon, saya ikut kamu. Bapakmu semakin edan, dia semakin nekat.
    KLIWON            :          Bu, tapi sekarang…
    BU SASTRO       :          Tidak, pokoknya saya tidak mau kembali.
    KLIWON            :          Bu, sebentar to bu. Ini dirumah orang….
    BU SASTRO       :          Sekali lagi, saya tidak mau ngumpul dengan bapakmu lagi soalnya…
    (TIBA-TIBA PAK SASTRO MUNCUL JUGA, DIA SEGERA SERIUS DIALOG DENGAN ISTRI DAN ANAKNYA)
                PAK SASTRO  : Kliwon, edan kamu. Kamu jangan…Lho, bu..kamu juga disini. Okey kebetulan. Pokoknya kalian harus pulang.
                BU SASTRO        :         Tapi…..
                PAK SASTRO  : Bu..Kamu harus kembali pulang. Kita harus kembali membentuk keluarga. Kita semua harus bisa merealisasikan apa yang dinamakan keluarga yg sebenarnya.
                BU SASTRO        :         Prek!!! Begitu mudahnya kamu sekarang ngomong begitu.
    Tapi mana, mana realisasi itu? Apakah, sudah terwujud? Apakah dengan perkututmu itu merealisasikannya?
                PAK SASTRO  : Bu, maksud saya……
                BU SASTRO        :         Tidak!!! Kita gagal!! Kita tidak akan berhasil!!
                PAK SASTRO  : Lho, bukankah……
      BU SASTRO        :         Sekali tidak. Dan kita tidak akan bisa, selama kamu masih asyik dengan manukmu itu.
                KLIWON             :         Pak, sekarang aku tidak akan mempermasalahkan motor.
    Nah, mumpung ada bapak dan ibu disini, sekarang saya mau ngomong. Saya kepingin membentuk keluarga.
                                                    Saya kepingin……
    (TIBA-TIBA MUNCUL SUARA DARI DALAM….)
    (TERDENGAR RIBUT-RIBUT DARI LUAR)
                CLEMPRIT          :         Ada apa diluar?
      PAK ARJO           :         Entah, alah mungkin orang-orang yang mau minta bocoran ramalanku.
                BU ARJO             :         Tiap hari ramalan saja yang diurusi!!
    (CLEMPRIT KELUAR, KEMIDIAN MASUK LAGI DENGAN TERGOPOH-GOPOH)
                CLEMPRIT          :         Gawat!! Gawat!!
                PAK ARJO           :         Apanya yang gawat, nomerku?
                CLEMPRIT          :         Waduh, gawat tenan!
                                                    Pak Sastro ucul…..Eh…,manuk Pak Sastro ucul!!!
                PAK SASTRO    :           Apa Bagong ucul?
                                                    Manukku ucul??? (LARI KELUAR)
                                                    (SAMBIL TERIAK-TERIAK)
                                                    Bagong……gong…..Bagong…..
                                                    Gong….Gong……Bagong……
                BU SASTRO       :          Pak..Pak!!....(MENYUSUL PAK SASTRO)
                KLIWON             :         Pak! Bu! Mau kemana? Jangan pergi pak!
                                                    Lamarkan Kliwon pak!!!!!!(LARI KELUAR MENYUSUL)
                PAK ARJO       : Lho, bagaimana ini, lamarannya jadi nggak?
                                                    O….wong edan. (SESAAT TERDIAM)
                                                    Lho, tadi Kliwon minggat, Bagong terbang!
                                                    Waduh! Huruf K dan B hilang?? Modar aku!
    (SKENARIO SHOCK, PENULISNYAPUN  SHOCK, TAMATLAH ADEGAN INI)

                                                                 














  • 0 komentar: